sejarah Lae SIMBILULU Parongil Julu
Air terjun terabaikan KARENA KURANG PENATAAN
Potensi wisata yang ditawarkan alam Desa parongil julu
yaitu air terjun tidak sebanding dengan kebijakan serta tata kelola yang
diberikan pemerintah kabupaten Pakpak bharat
Air terjun simbilulu berlokasi di
Dusun Prongil Julu, Kecamatan Tinada Kabupaten Pakpak Bharat. Salah satu air
terjun termashyur di Sumatera Utara. Cagar alam yang kaya, memiliki Suasana
hijau pegunungan yang masih asri akan ,berawal darai sejarah menurut Ezar
Sinamo (salah satu penatua kampung tersebut) sesuai dengan namanya “simbilulu”
yang artinyta “mencari”berawal dari kisah sebuah keluarga yang memiliki 7 anak
(sekarang 7 marga ) yakni angkat ,ujung,bintang,Gajah,kudadiri,capah,Sinamo.Anaknya
yang bernama sinamo memilki kepribadian yang sangat kontras,pada suatu hari Ia
menghilang selama beberapa hari ,semua warga desa sibuk mencari dan dia
ditemukan sedang bermain Air pada sebuah air terjun yang sebelumnya tidak
seorangpun mengetahui keberadaan air terjun tersebut.Menurut Beliau bahwa dahulu kala tempat itu adalah merupakan
salah satu tempat penyembahan (bekkas memele), diantara lokasi yang sama yang
ada di sekitar itu. Artinya orang sering menghantarkan makanan ke tempat itu
karena dipercaya memiliki penghuni. Penghuni tersebut menurut warga diantaranya
adalah sige Grahgah (kepiting) yang lebarnya “ nasa nderu” atau tampi empat
persegi. Atau kira-kira lerbarnya kurang lebih 80 cm. Kemudian juga ada
“Katimukmuk nasa Kocing” atau ulat bulu sebesar kucing dewasa. Kemudian
manuk-manuk Tarak-tarak, (burung tarak-tarak) yang paruhnya menyerupai enggang,
dan lebih besar dari jenis burung ini
Menurut Ezar
Sinamo “sampuren” sering mengeluarkan bunyi yang terdengar hingga ke kampung
warga dan menurut cerita hal itu terjadi manakala air terjun menyentuh punggung
kepiting, atau ketika “gurung Sige Grahgah i tutui lae sampuren”. Hal itu
sering terdengar pada saat kemarau, atau tidak sedang ada hujan. Barangkali,
Sige Grahgah sedang “mukupen”(kepanasan) sehingga perlu menyiram diri di air
terjun. Dan apabila dengungan suara terdengar, maka warga memastikan akan
segera turun hujan atau “naing ari perudan”. Sementara kisah tentang
Katimukmuk (Ulat besar berwarna hitam) pernah pada satu ketika kakek moyang atau
salah satu mpung Sinamo sedang “merlambuk” mengambil daun ubi jalar ditempat
itu dan secara tidak sengaja ulat bulu sebesar kucing itu menempel di Daun ubi
jalarnya dan ikut terbawa ke kampung. “Tikan takuak manuk i begge mpung
Sinamo mo tenggo-tenggo, begu asa i ulakken katimukmuk siterekut i”. Penghuni
atau begu sampuren berteriak dan memanggil-manggil. “ Taruhken ke Kocingku,
taruhken ke Kocingku….!” ( antarkan kucingku, antarkan kucingku…!) demikian
kira-kira bunyi panggilnnya. Mpung Siamo lalu melihat “lambuknya” dan
terlihatlah olehnya ulat bulu sebesar seekor kucing. Panggilan itu lalu
mengusiknya dan diapun segera mengembalikan ulat bulu ke sampuren.
Dahulu menurut
Beliau setiap kali ada pengunjung luar Desa ke Air terjun tersebut
dipastikan akan turun hujan.banyak sumber (cerita warga) tidak dapat memastikan
apakah hal itu sebagai pertanda larangan atau bukan.sebagaimana diakui
Togatorop Sinamo sejak dahulu kala meskipun diduga berpenghuni, warg tidak pernah
mendapat gangguan apa-apa,menggangu dan merugikan. Meski demikian, sebagaimana
diceritakan diatas, warga sering mengahantarkan makanan ke lokasi yang dianggap
sebagai persembahan Ditengah air terjun ini dulu juga terdapat sebatang
kayu yang dalam masyarakat Pakpak dikenal sebagai kayu “Ntonu” atau
sejenis kayu Serpo. Kayu ini hanyut terbawa air pada saat banjir besar melanda
daerah ini pada tahun 2000. Selain itu diatas batu, sekitar pertengahan
air terjun terdapat gua. Gua itu hingga kini dikenal dengan “gua sampuren”.
Lobangya cukup besar meskipun jika ingin masuk kedalam gua ini orang harus
menunduk tetapi di dalam gua diameternya lebih besar, orang dewasa bisa
berdiri.. Gua itu cenderung gelap sehingga tidak ada warga yang bisa mengetahui
isi didalamnya.
Cerita atau
asal usul Air terjun tersebut ternyata begitu menarik untuk diketahui
bersama,namun masih dibawah 50 persen masyarakat Desa prongil yang
mengetahuinya,apalagi masyarakat diluar desa prongil .
Letak geografis air terjun ini
sangatlah indah dikelilingi Hutan yang
masih asri membuatnya semakin sejuk ,Tinggi air yang mencapai 50 m menyimburkan
air yang begitu segar ,selain tingginya yang menjulang Air terjun ini juga
memilki luas sekitar 100 (Digunakan untuk mandi) Jarak dari pusat kota yang
yang menempuh sekitar 45 Menit ini menyajikan perjalan yang sangat menyenangkan
karena memanjakan mata ,diperjalanan akan tampak petak2 sawah yang hijau dan
tanaman pertanian warga lainya,tetapi sangat disayangkan sekali kekayaan yang
dimilki Air terjun ini hanya disaksikan oleh masyarakat Pakpak bharat
saja,banyak factor yang menyebabkan mengapa Airterjun ini tidak dikenal,
kuarangnya minat para kaum muda untuk mempelajari sejarahnya membuat susah
untuk menceritakanya pada masyarakat Daerah lain,kurangnya infrastruktur jalan
yang bagus ,terutama kurangnya pemuda pakpak yang sudah menyelesaikan sarjana
pariswisata sefingga tata kelola yang tidak maksimal dan kurang tersrtuktur
Kemajuan
daerah wisata tidak terlepas dari kebijakan pemerintah setempat,bukankah jika
tempat wisata tersebut sudah dikenal di seluruh Indonesia Air terjun bukan
hanya sebatas objek wisata saja tetapi menjadi sumber pendapatan bagi
pemerintah Pakpak bharat
Otonomi daerah yang
melahirkan Kabupaten Pakpak Bharat secara umum disambut dengan rasa gembira
oleh masyarakat Pakpak khususnya masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat. Dengan
berdirinya kabupaten Pakpak Bharat maka diberikan kesempatan seluas-luasnya
untuk mengatur dirinya sendiri “menunggang kuda” pembangunan menuju kehidupan
masyarakat yang lebih sejahtera (nduma) dengan usaha penggalian-penggalian
potensi yang ada.
Lah Namun Apa yang telah dilakukan
pemerintah pakpak bharat
Mengapa Pakpak Bharat belum terkenal
daerah wisatanya?
Kapan lagi Pakpak Bharat jadi Nduma
(sejahtera) seperti yang dicita-citakan..?
Tindakan-tindakan besar dan tepat
harus segera dilaksanakan.
Atau biarkan saja “kuda” pembangunan
jalan ditempat, bertahan digilas “kuda-kuda” lainnya..?
Nama:Flora sinamo (2103210010)
Nondik 10
Mantap
BalasHapusKatanya selagi tempat penyembahan apa benar tempat pembuangan mayat dulu ya, jdi klw skrg ada biker/pengunjung yg mau pulang jdi harus ditumbalkan/sebelum sampai rumah dia mati(celaka) sebab terbawa aura mistis tumbal..
BalasHapus